Rabu, 22 April 2009

Fenomena Saweran Dalam Musik Dangdut

Perkembangan kesenian dewasa ini sangat pesat apalagi pada seni musik. Mungkin karena orang-orang sudah lelah di ‘cekoki’ oleh berita-berita politik negeri ini yang tidak menentu dan membuat sakit kepala. Untuk itu mereka mengalihkan perhatiannya pada bidang lain yaitu bidang seni. Seperti kita ketahui seni itu merupakan jiwa dari manusia karena pada dasarnya setiap manusia mempunyai rasa keindahan. Oleh sebab itu manusia selalu ingin tahu tentang seni dan selalu ingin menikmatinya.

Kesenian itu sendiri merupakan hasil dari rasa dan karsa dan cipta manusia yang memiliki estetika, bahkan kadang-kadang seni bisa mengubah identitas manusia dan membuat perubahan-perubahan yang sangat besar dalam suatu peradaban manusia. Suatu kesenian merupakan bagian dari kebudayaan oleh karena itu manusia yang berkesenian tentu saja manusia yang berbudaya.

Pada saat sekarang ini banyak kesenian-kesenian yang berkembang seiring perubahan waktu. Saat ini terbilang kesenian itu bisa berupa seni musik, seni tari, seni drama dan seni rupa. Karena bilangan seni yang ada itu tentu saja kita tidak melihat seni keseluruhannya hanya membatasi pada seni musik. Seni musik ini pun ada berbagai macam yaitu: seni musik tradisional, seni musik pop, rock, R & BN, dan musik dangdut.

Tidak ada yang tahu asal mulanya musik dangdut, ada sebagian kalangan bilang bahwa musik dangdut berasal dari India, tetapi ada sebagian juga bilang bahwa musik dangdut itu musik asli Indonesia yaitu berasal dari musik Melayu Deli. Dalam musik dangdut itu ada suatu budaya yang sangat identik dengan dangdut yaitu “saweran”.

Saweran berasal dari bahasa Sunda yaitu “sawer” yang artinya melempar uang biasanya dilakukan pada saat upacara kebesaran tradisional seperti, sunatan, kawinan dan sebagainya. Di dalam musik dangdut dari pendengar musik dangdut atau pengunjung dari pergelaran dangdut itu. Disini dapat dilihat mengapa saweran dalam musik dangdut cukup menarik? Karena kita tahu bahwa untuk jenis musik lain tidak ada istilah saweran apalagi uang tip yang kadang bisa melebihi bayaran dari biduanita itu sendiri dan Indonesia banyak group-group dangdut yang selalu mengandalkan saweran dalam setiap pertunjukan panggung grup-grup tersebut.

Kita ketahui bahwa grup-grup musik khususnya musik dangdut itu identik dengan saweran karena mereka harus menjalani suatu kesinambungan untuk kelangsungan hidup para anggota grup itu sendiri. Sebenarnya kondisi saweran itu yang menyebabkan seniman musik dangdut itu merupakan musiknya orang pinggiran atau suatu seni musik yang indah dan lebih terbuka lagi bagi masyarakat kalangan manapun.

Sebenarnya saweran itu sudah merupakan suatu pelanggaran dari estetika kesenian, karena dengan saweran di dalam musik dangdut dapat terjadi perubahan dari pure art musik dangdut sendiri, dengan mengganti lirik lagu dangdut dengan lirik yang dibuat sendiri oleh biduantita dangdut itu dan biasanya lagu dangdut itu sudah jauh dari aslinya kalau sudah menghadapi para penyawer yang notabenenya ingin ‘kesohor’ atau populer. Ada pepatah mengatakan biar tekor asal kesohor. Mungkin ini banyak yang menjadi alasan para penyawer di panggung-panggung dangdut hiburan kita. Ada yang beralasan rela menghamburkan uang untuk sekedar menyawer bukan hanya ingin kesohor, melainkan mencari kepuasan batin semata. Memang sungguh fenomenal “saweran” dalam musik dangdut kita.

Tapi disatu pihak saweran tersebut sangat berarti bagi kelangsungan hidup grup-grup musik dangdut. Karena grup-grup musik dangdut papan bawah yang bayarannya per grup masih jauh di bawah standar tentu memerlukan tambahan karena itu saweran disini sangatlah diperlukan walaupun saweran itu merusak dari keindahan suatu kesenian musik itu.

Untuk grup-grup musik dangdut papan atas dan penyanyi dangdut papan atas, saweran memang tidak diperlukan untuk mereka karena biasanya bayaran per grup mereka sudah melebihi standar hidup mereka. Karena itulah saweran diperlukan oleh pemusik dan penyanyi sebagai tambahan penghasilan mereka.

Seorang biduantita biasanya lebih banyak mendapat hasil dari saweran itu daripada bayarannya di panggung musik dangdut, karena itu menurut beberapa biduanita saweran itu merupakan seni dari musik dangdut itu sendiri. Tanpa saweran, itu bukan musik dangdut. Sebenarnya kalau kita membanding dari sudut etika, benar atau salah saweran itu sudah melanggar suatu etika kesenian karena kesenian itu harus benar-benar murni tanpa ada tambahan atau embel-embel apapun, tapi seperti yang sudah diuraikan di atas bahwa saweran itu perlu untuk kelangsungan hidup para pemusik dan penyanyi dangdut, karena itu disini etika dikesampingkan walaupun sebenarnya saweran itu melanggar etika.

Kalau dilihat dari sudut estetika sebenarnya saweran itu sudah merubah suatu keindahan seni itu. Suatu keindahan itu sudah keluar dari jalur yang ditetapkan oleh perasaan bahwa seni bisa dilihat keindahannya kalau seni itu suatu seni yang murni/pure art.

Dapat disimpulkan bahwa suatu estetika seni bersifat relatif tergantung dari sudut mana si penikmat seni melihatnya. Jadi pelanggaran suatu etika dalam kesenian khusunya estetika dari seni musik dangdut itu ada tapi pelanggaran itu juga merupakan suatu keindahan dan seni musik dangdut itu sendiri. Bahwa saweran itu tidak melanggar suatu estetika seni melainkan saweran itu menambah keindahan dari seni itu sendiri, apalagi seni musik dangdut yang merupakan seni musik asli Indonesia. Untuk itu kita harus selalu menjaga keindahan budaya khususnya seni musik untuk memperkaya rasa keindahan di dalam hati kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar